|
Gedung Markaz Lughah |
6thDistric- Ahad, 19 April 2020, Presiden PPMI Mesir Arief Mughni didampingi Menko I Muhammad Zainuddin Ruslan melakukan audiensi dengan Muhandis Abdul Gaffar, Direktur Markaz Syekh Zayed Li Ta’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah li al-Nathiqîn Bihâ untuk membahas beberapa permasalahan mahasiswa Indonesia yang tengah menjalani matrikulasi di Pusat Pembelajaran Bahasa Arab bagi Mahasiswa Asing itu sebagai persyaratan diterimanya belajar di S1 Universitas Al-Azhar.
Bertempat di Kantor Organisasi Induk Alumni Al-Azhar (al-Râbithah al-ˊÂlamiyyah Li Khirrîj al-Azhar), di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Muhandis Abdul Gaffar membuka ruang kantornya untuk berdialog dengan pihak PPMI Mesir. Pertemuan yang berlangsung dari pukul 11.20 – 12.30 itu bergulir secara tanya jawab. Berikut ringkasan percakapan tersebut:
|
Direktur Markaz Lughah Muhandis Abdul Gaffar, Presiden PPMI Mesir Arief Mughni, Menko I Muhammad Zainuddin Ruslan. |
Kapan akan diadakan ujian kenaikan mustawa mendatang?
Muhandis: “In sya Allah kami sedang menyiapkan sistem ujian online, berlangsung pada 7 Mei 2020.”
Sebagai informasi, ujian kenaikan mustawa terakhir berlangsung pada 7 Maret 2020. Karena mepetnya waktu yang harus dihabiskan di Markaz dengan dimulainya tahun ajaran baru di kuliah pada September 2020, dan setiap mustawa ditempuh selama 40 hari, maka tentu harus berpacu dengan waktu.
Mengapa terjadi keterlambatan?
Muhandis: “Kami perlu menjelaskan mengapa terjadi keterlambatan. Sejak pemberlakuan lock down oleh pemerintah, kami langsung mengambil sikap dengan mengumpulkan semua pengajar untuk memberikan pelatihan kepada mereka bagaimana pemanfaatan aplikasi ZOOM, bagaimana mengatur jadwal dan lain sebagainya. Tentu semua itu membutuhkan waktu.”
Bagaimana dengan Thullab yang tidak mendapatkan bagian kelas?
Muhandis: “Banyak dari mereka tidak mau bertanya dan mencari-cari informasi, adapun apabila mereka menghubungi pihak idaroh pasti akan kami tentukan kelasnya. Maka bagi mereka yang belum mendapatkan kelas online untuk mustawa ini, akan kami rapikan lagi datanya di mustawa mendatang.”
Bagaimana sistem pembayaran rusum?
Karena PBSBB selama wabah Covid-19 dan larangan untuk mendatangi wilayah kampus oleh massa besar, maka Direksi Markaz meminta kerjasama Atdkibud KBRI dan PPMI untuk mengutip rusum mustawa mendatang secara kolektif, yang diminta untuk
dikumpulkan sebelum ujian kenaikan.
PPMI sendiri bersedia membantu dan sedang menyiapkan mekanismenya. Adapun yang baru terpikirkan, semua kelas menentukan penanggung-jawabnya, lalu semua siswa menyerahkan rusum ke ketua kelas masing-masing, lalu semua ketua kelas menyerahkan kepada ketua angkatan Zhafera, selanjutnya ketua Zhafera yang datang ke DL untuk penyerahan ke mudir.
Muhandis: “Nanti saya akan mengirimkan rincian nama-nama siswa perkelas, dengan menandai beberapa siswa yang harus bayar untuk dua mustawa karena nunggak belum bayar rusum di mustawa sebelumnya.”
Bagaimana sih rincian pembayaran rusum dalam pengelolaannya?
Presiden mencoba menanyakan audit pembayaran rusum sebesar EGP 720 permustawa mengingat banyaknya yang bertanya-tanya pemutaran uang sebesar itu untuk apa saja.
Muhandis: “Uang itu tentu untuk banyak hal, mulai dari operasional gedung, gaji pengajar, gaji pegawai dan lain sebagainya.”
Apakah ada potongan harga rusum untuk bulan ini?
Sebagai kelanjutan dari pertanyaan tadi, melihat banyak dari siswa DL yang tidak terjangkau dengan besaran tersebut. Terkhusus dalam kondisi seperti ini, untuk mengikuti kelas online, para siswa harus membeli banyak pulsa karena menghabiskan ratusan MB hingga bergiga-byte perhari.
Muhandis: “Baik, untuk hal ini akan saya sampaikan kepada rekan-rekan direksi kantor meminta pemotongan harga. Nanti hasilnya akan saya konfirmasikan kepada anda.”
Bagaimana nasib thullab yang dari dua atau tiga tahun masih belum selesai di DL?
PPMI menerima beberapa aduan pelajar DL yang sudah terdaftar sejak 2017 atau 2018 dan belum kunjung selesai sampai sekarang sehingga belum mengikuti perkuliahan.
Muhandis menjawab dengan beberapa kondisi yang menjadi faktor:
– Bisa jadi ke-rasiban itu dari siswa sendiri, karena banyak alpa, nilainya di bawah standar atau tidak menyelesaikan tugas-tugas bahts.
– Bisa jadi memang aib dari pengajarnya yang tidak bisa memahamkan siswa dengan baik, atau salah dalam penilaian.
Sebagai solusi dari kemungkinan di atas, pihak idaroh akan memanggil peserta yang rasib untuk diadakan ujian ulang, dan mendatangkan petugas kantor yang bersifat netral untuk mengevaluasi dari siapa kekurangan tersebut, apakah dari siswa atau dari pengajar.
– Bisa jadi karena kesalahan sistem atau peraturan yang tidak diketahui. Misalnya, rasib dua kali berturut-turut, maka terkena drop-out.
Tetapi bagaimanapun, datangkanlah data nama-nama mahasiswa yang mengalami masalah tersebut, no paspor dan rincian masalahnya guna kita berikan solusi untuk mereka.
Bagaimana kalau untuk kedepan kami meminta transparansi nilai.
Selama ini Markaz Lughah merilis nilai ujian siswa melalui website dengan kode login masing-masing siswa. Tetapi rilis nilai itu masih sangat global, antara najih (lulus) atau ghairu najih (tidak lulus) saja.
Dengan demikian, apabila siswa tidak lulus, dia tidak mengetahui letak kesalahan yang harus diperbaiki di mana. Maka kedepan, PPMI mengusulkan untuk lebih transparan dalam perincian nilai dari setiap maharah dan materi pelajaran (qawa’id, kitabah, istima’ dan qiro’ah).
Kesimpulan
Pertemuan itu ditutup dengan janji Muhandis Abdul Gaffar untuk memusyawarahkan masalah-masalah di atas dengan rekan-rekannya dan akan mengabarkan hasilnya dalam waktu dekat.
Jangn lupa tinggalkan jejakmu!