Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /www/wwwroot/ppmimesir.or.id/wp-includes/functions.php on line 6114
“Baulak Euy” Telusuri Budaya Mesir, Tidak Semua Perempuan Mesir Maharnya Mahal ⋆ PPMI Mesir
Scroll untuk baca artikel
Banner 325x300
Web Hosting
Web Hosting
Example 728x250
KEMENKO 3Kementerian Sosial dan Budaya

“Baulak Euy” Telusuri Budaya Mesir, Tidak Semua Perempuan Mesir Maharnya Mahal

24
×

“Baulak Euy” Telusuri Budaya Mesir, Tidak Semua Perempuan Mesir Maharnya Mahal

Share this article
Dokumentasi: Website PPMI Mesir
Example 468x60

Ppmimesir.or.id, Kairo—Budaya di Mesir berbeda dengan Indonesia. Sebagai pelajar yang merantau di negeri kinanah, Masisir perlu mengetahui lebih dalam beberapa budaya di Mesir. Dengan itu Kemenko 3 PPMI Mesir mengadakan talkshow “Baulak Euy” dengan tema ‘Mengetahui Budaya Mesir Lewat Penuturnya’. Program tersebut diselenggarakan karena banyak Mahasiswa dan Pelajar Indonesia Mesir yang ingin mengetahui budaya Mesir. Mereka bertujuan agar lebih mudah dalam bersosialisasi dengan orang Mesir. Acara ini diadakan pada hari Kamis (28/10/2021) yang bertempat di Aula Pesanggrahan KPMJB, Hay Asyir.

Dalam acara ini PPMI Mesir hadirkan empat narasumber pilihan, yakni pribumi Mesir yang cakap berbahasa Indonesia dan tentunya mampu menjawab beberapa pertanyaan seputar budaya Mesir. Narasumber yang dihadirkan yaitu Mariam Ashraf Mahmoud, Esraa Sherif Elsayid Ebrahim Nassar, Fatimah Jamal Abdel Dayem, dan Ali Osama Abdulhafeez Mostafa.

Acara ini dimoderatori oleh Muhammad Fajrul Ihsan dan Shibly Syamaidzar. Acara ini begitu asik dengan ditaburi canda tawa antar narasumber dan juga peserta Masisir yang hadir dari berbagai daerah. Moderator mampu membangkitkan suasana dengan beberapa lawakan yang mereka lontarkan.

Bahasa Mesir berbeda dengan bahasa Arab pada umumnya (Fushah), karena mereka menggunakan bahasa Amiyah dalam kesehariannya. Fatimah dan Mariam mengatakan bahwa bahasa Amiyah ada yang diambil dari beberapa bahasa yaitu bahasa Turki, Francis, Inggris, hingga bahasa Fira’un (Mesir kuno). Selain diambil dari beberapa bahasa, bahasa Amiyah juga memiliki ciri khas dengan menyambung beberapa kata dalam bahasa Arab Fushah sehingga terasa lebih singkat dalam penuturannya.

Mariam dan Fatimah juga mengungkapkan bahwa Mesir memiliki budaya yang unik dalam berbasa basi antar sesama yaitu dengan saling memberikan pujian dan juga kata-kata manis yang diiringi dengan pelukan hangat juga salaman. Mariam juga mencontohkan beberapa kata tidak sopan dalam bahasa Amiyah yang bisa membuat orang Mesir tersinggung.

Tak hanya seputar bahasa yang menjadikan budaya Mesir berbanding terbalik dengan budaya Indonesia. Bahkan dari segi berpakaian pun Mesir memiliki ciri khasnya tersendiri. Fatimah mengungkapan bahwa orang Mesir sering kali heran dengan gaya berpakaian orang Indonesia, “Orang Mesir ketika melihat Masisir laki-laki yang menggunakan sarung keluar rumah, mereka akan menganggap dan melihat bahwa Masisir laki-laki ini seolah memakai rok wanita. Dan meraka merasa aneh akan hal itu, sedangkan dalam budaya Indonesia itu adalah hal yang biasa. Apalagi ketika melihat ada yang memakai galabiyah (jubah) dengan memakai tas ransel, itu aneh bagi orang Mesir,” tutur Fatimah.

Mendengarkan hal ini para peserta seminar sangat antusias untuk mengetahui lebih dalam tentang budaya Mesir. Sehingga banyak di antara mereka yang melontarkan berbagai pertanyaan kepada para narasumber. Untuk membantu menjawab pertanyaan tersebut Esraa dan Ali kini mulai angkat bicara. Pertanyaan yang disampaikan di antaranya adalah tentang perilaku yang bisa membuat orang Mesir tersinggung.

Esraa lalu menjawab bahwa jika ada seorang wanita atau orang tua yang sedang berdiri dan tidak diberi tempat duduk mereka akan merasa tersakiti. Karna hal ini dianggap kurang sopan bagi mereka. Tak hanya itu, orang Mesir juga akan merasa kurang nyaman jika ada seseorang yang bertanya “Mau pergi ke mana? Atau habis dari mana?”. Mereka menganggap bahwa hal itu adalah privasi mereka, dan bukan urusan kita yang bertanya untuk mengetahuinya.

Salah satu peserta juga menanyakan seputar budaya pernikahan di Mesir. Ali dan Esraa mengungkapkan bahwa ketika acara pernikahan, perempuan Mesir biasanya melakukan zagrutah atau teriakan khas dengan nada tertentu. Esraa juga menyatakan bahwa tidak semua perempuan Mesir maharnya mahal, namun hal itu kembali lagi kepada kesepakatan keluarga masing-masing dan berbeda di setiap daerah.

Di sesi akhir acara ini para panitia mengadakan foto bersama sekaligus pemberian kenang-kenangan berupa sertifikat kepada setiap narasumber yang hadir. Menjelang penutup acara, moderator menyampaikan pesan, “Di setiap tempat pasti memiliki kebiasaan dan juga budaya masing-masing. Kita sebagai pelajar dan pendatang di tempat tersebut harus menghargai budaya yang ada. Dan kita mempelajari budaya mereka agar bisa saling memahami dan menghindari kesalahpahaman. Apa yang kita lihat buruk dari orang Mesir, belum tentu merupakan budaya mereka,” ucap Shibly Syamaidzar selaku moderator.

Reporter: Diadjeng Siti Latifah

Editor: Nadzril Fatha Madina

Web Hosting
Example 120x600