ppmimesir.or.id – Kairo, Rangkaian acara Simposium Kawasan Timur Tengah dan Afrika (SK Timtengka) yang ketiga bertepatan pada tanggal 5 Agustus 2024 hadirkan Pameran Literasi Klasik Karya Ulama Nusantara. Miftah Wibowo sebagai narasumber adalah mahasiswa Fakultas Bahasa Arab Program Studi Sejarah di Universitas Al-Azhar. Ia juga sebagai pelopor pengumpulan naskah karya ulama nusantara yang ada di Kairo.
Miftah menjelaskan sejarah bagaimana karya klasik ulama nusantara ditemukan. Diawali dengan hubungan Al-Azhar sebagai kiblat ilmu dan bangsa Jawi. Bilad Al-Jawa adalah sebutan yang diberikan oleh bangsa Arab di tahun 90-an untuk orang-orang yang berasal dari Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan lain sebagainya.
Salah satu bukti yang masih ada sampai sekarang adalah terdapat serambi (ruwaq) yang diberi nama Jawi. Pada masanya serambi ini didedikasikan sebagai asrama berdasarkan asal wilayah atau madzhab. Bangsa Arab menyebut Sya’bun Jawiyyun kepada orang-orang yang mempunyai kesamaan fisik dan menggunakan bahasa Jawi (bahasa perdagangan yang dipakai pada masanya).
Miftah Wibowo juga mengenalkan Maktabah Halaby, salah satu perpustakaan tertua di Mesir, yang mempunyai kaitan besar dengan ditemukannya karya klasik ulama nusantara. Dari sana ia menemukan catatan ulama nusantara yang bernama Abdul Manan Dipenogoro yang diusut sebagai karya pertama anak bangsa di Kairo. Abdul Manan merupakan ulama nusantara yang sezaman dengan Syekh Abdullah Sya’rowi ulama Mesir terkenal pada masanya.
Katalog Maktabah Mustofa Al-Halabi 1970 adalah salah satu buku yang memudahkan penemuan naskah ulama nusantara di Kairo karena disana terdapat judul buku, harga buku yang menggunakan Bahasa Melayu sehingga memudahkan Miftah Wibowo dan tim untuk menemukan karya-karya ulama nusantara lainnya.
Miftah Wibowo menceritakan bahwa ia sempat kesulitan dalam pengumpulan naskah karena buku-buku yang ditemukan berada di tempat yang sudah tidak layak dan tidak terawat juga sulitnya bernegosiasi dengan pemilik perpustakaan. Ia pun memilih pendekatan secara psikologis dan diplomatik dengan pemilik perpustakaan tersebut. Ia mengungkapkan maksud dan tujuan pengumpulan naskah-naskah ulama nusantara untuk dinegosiasi sampai akhirnya berhasil untuk dibeli dengan harga yang terjangkau.
Semua naskah-naskah ini mulai ditemukan dari tahun 2018 dan masih berlanjut sampai sekarang yang kemudian dikumpulkan dan dijadikan koleksi Rumah Arsip Naskah nUsantara (RANU) yang juga sebagai tim pencari naskah-naskah ulama nusantara.
Reporter: Hastyra Kusuma Pratiwi